SETIAP aktivitas tiada yang tidak
membuahkan hasil. Itulah kata para ahli hikmah. Begitu halnya dengan
aktivitas rohani, setiap olah rohani tentu membekaskan sesuatu bagi
pengamalnya. Tetapi hasil itu kadarnya tergantung dari factor pendorong
yang amat kompleks.
Ibarat alat tulis, setiap goresan tentu meninggalkan bekas. Tetapi alat
tulis yang dipegang oleh orang yang ahli --melukis umpamanya—hasilnya
tentu berbeda dengan hasil goresan orang awam. Begitu halnya, suatu
amalan akan menghasilkan yang berbeda, tergantung dari siapa yang
mengamalkannya.
Ayat kursi yang diamalkan oleh orang yang saleh tentu hasilnya berbeda
ketika ayat itu diamalkan oleh orang awam. Jadi, yang menentukan itu
bukan jenis amalannya, tetapi siapa yang “dibalik” amalan itu. Dalam
kehidupan sehari hari manusia pun melihat adanya perbedaan – perbedaan
yang dilakukan satu orang dengan orang lain, walau menggunakan alat yang
sama.
Si A bisa menorehkan tanda tangan (saja) hasilnya sudah bisa untuk
membeli mobil, si B menorehkan ribuan tanda tangan tetapi hanya
mendapatkan sekadar uang lelah, bahkan si C tidak mendapatkan apa –
apa. Mengapa bisa demikian ?.
Jawabnya adalah soal pangkat. Semakin tinggi pangkat seseorang semakin
banyak yang mampu dilakukannya. Begitu halnya di dalam berdoa atau
beramal yang berkaitan dengan suprantaural (gaib) pangkat dalam
kerohanian menentukan hasil yang hendak diraihnya.
Artinya, semakin tinggi tingkat spiritual Anda semakin banyak hal – hal
yang mampu dilakukan. Karena itu dua orang yang menghadapi problem yang
sama ---jenis maupun bobotnya--- yang seorang cukup membaca ayat kursi
sebanyak 117 kali dan problemnya sudah berhasil, sedangkan orang lain
baru berhasil setelah menyelesaikan hitungan 313 kali. Bahkan boleh
jadi, ada orang lain yang sudah mampu menyelesaikan problemnya hanya
dengan tiga atau tujuh kali ayat kursi.
Bagaimana meningkatkan pangkat kerohanian itu ? caranya adalah berupaya
meningkatkan ketakwaan yaitu menjalankan perintah dan mencegah apa pun
yang dilarangNYA. Karena itu banyak kelompok oleh rohani yang
mencanangkan rambu rambu kepada pengikutnya, seperti anjuran untuk
memperbanyak ibadah---sunnah disamping yang wajib---.
Upaya menghindari dari dosa dosa besar serta menambah intensitas
pendekatan itu secara tidak langsung akan menghantarkan manusia pada
kelas spiritual yang makin tinggi. Dari kegiatan riyadhah itu memiliki
bias pada perubahan hati---sebuah organ manusia yang menentukan apakah
manusia itu menjadi baik atau buruk---karena dengan gerak hati pula
seluruh anggota badan yang lain menjadi bergerak dan bertindak.
Wirid atau mengamalkan amalan ritual yang dilakukan secara rutin dna
benar serta diikuti dengan tata laku yang menunjangnya adalah
memancarkan cahaya –cahaya halus pada hati. Semakin banyak cahaya itu
makin banyak pula cahaya yang meneranginya.
Seorang guru hikmah berkata bahwa dalam hati manusia itu terdapat dua
wilayah yang satu dengan yang lain saling bertempur untuk menguasai.
“Wilayah” yang dimaksud itu adalah kekuasaaan setan yang disebut Khotir
Syaithoni, dan wilayahnya malaikat yang disebut Khotir Malaki.
Seseorang yang hatinya lebih didominasi khotir syaithoni memiliki
kecenderungan untuk selalu berbuat hal hal yang buruk, sedangkan hati
yang penuh dengan khotir malaki mempengaruhi manusianya untuk selalu
berbuat yang baik baik.
Wirid itu dimaksudkan untuk menyuplai hati dengan cahaya – cahaya
positif (Khotir Malaki). Sehingga dengan dominannya khotir malaki itu,
kekuasaan setan makin terdesak atau menipis, dan hati yang terbebas
dari khotir syaithoni ini adalah hati yang peka terhadap cahaya cahaya
halus, atau dalam istilah sederhananya disebut hati yang memiliki
kekuatan batin.
Hati yang demikian itu tidak hanya mempengaruhi sikap positif pada
perilaku manusianya. Tetapi jugamenjadi sumber inspiriasi dalam karya
karya teknologi batin. Dan menjadi modal paling besar seseorang yang
ingin membangkitkan kemampuan alam bawah sadarnya. Bahkan terbebasnya
hati dari khotir syaithoni menyebabkan manusia itu memiliki kemampuan
melihat alam malakut (alam gaib) sebagaimana tersurat pada sabdi
Rasullah SAW.
“Andaikan setan – setan itu tidak mengerubungi hati anak anak Adam.
Niscaya mereka dapat melihat Alam Malakut yang ada di langit. (HR.
Ahmad)
Karena itulah, Wirid atau bentuk – bentuk riyadhoh lain ---sepanjang
yang terkait dengan ibadah---memiliki fungsi pokok menyuplai pancaran
pada hati. Sedangkan dari aspek lain, aktifitas itu memiliki fungsi
samingan di antaranya :
- Menabung energi gaib.
- Bentuk olah pernapasan dan konsentrasi.
- Melatih istikomahnya hati.
- Memprogram batin, memvisualisasikan kehendak.
- Dll.
Percayakah Anda bahwa wirid itu bisa menabung kekuatan ? Dalam sebuah
hadis Qudsy Allah berfirman banya mengingat Allah dikala engkau suka
(tidak ada bahaya) menyebabkan Allah akan mengingatmu dikala susah.
ARtinya, aktivitas mengingat Allah ---melalui wirid atau
zikir---menyebabkan Allah akan mengingat pengamal zikir/ wirid itu di
kala sudah (bahaya).
Itu pula yang membuat keyakinan para ahli hikmah bahwa riyadhoh juga
sebuah upaya menyimpan energi. Sedangkan pada sebuah hadis yang
diriwayatkan oleh Hakim : Tidak sesuatu yang paling mulia dalam
pandangan Allah, selain berdoa kepada-Nya, sedang kita dalam keadaan
lapang. Terbukti orang – orng yang rajin mengamalkan wirid wirid
tertentu, semakin pada intensitasnya, makin sering ia mengalami hal hal
gaib yang secara nalar hal itu mustahil mampu dilakukannya.
Selain itu, wirid juga diyakini merupakan bentuk dari latihna
konsentrasi dan olah nafas, tetapi hal ini sering tidak dimengerti oleh
pengamalnya. Dan sebagaimana kita ketahui, jauh sebelum ilmu pernafasan
atau tenaga dalam dikenal banyak orang, metode ilmu wirid sudah
menerapkan dasar dasar dari olah pernafasan dan konsentrasi itu.
Itulah sebabnya, mengapa banyak ahli wirid kemudian memiliki kemampuan
adi kodrati baik yang berkaitan dengan kewaskitaan (tembus pandang)
kanuragan (kekuatan fisik) dan lain lain. Dan penyelidikan ilmu modern
meyakini adanya efek dari aktivits olah nafas ini.
Hikmah dari wirid, menurut para ahli ilmu batiniah---selain yang sudah
tersebut di atas---adalah melatih hati bersifat istiqomah, yaitu
mempertahankan amalan baik dari rasa bosan. Sehingga, menurut para
hukama kelebihan yang dimiliki para ahli wirid itu justru karena karamah
yang timbul dari istiqomah. Sehingga muncullah pepatah : Al Istiqomah
khoirul min ali karomah yang artinya Istiqomah itu lebih mulia dari
seribu karomah (kemuliaan).
Hikmah lain dari ketekuknan wirid adalah terpogramnya hati kepada salah
satu tujuan. Kesimpulannya, wirid adalah memprogram kehendak batin. Dan
geraknya hati itu juga bagian dari kehendak (persangkaan) dan doa
manusia. Karena itu wirid merupakan sarana untuk meraih sesuatu yang
terkandung dalam hati. Ketika seseorang berkehendak sesuatu, maka ucapan
dari mulut hanyalah sebuah sarana. Intinya justru pada hati itu.
Karena itu pula, dari jenis amalan wirid yang sama tidak harus
menghasilkan hikmah/ manfaat yang sama.
Seperti wirid ayat kursi ada yang meyakini mampu mendatangkan hajat yang
berkaitan dengan rezeki, tetapi pada pihak lain ada yang meyakini
untuk menolak niat jahat, untuk bela diri atau benteng gaib suatu
lokasi agar terhindar dari tangan jahil.
Mengapa bisa demikian ? Bukankah amalannya terdiri dari ayat yang sama ?
Tentu, karena yang menentukan itu tidak semata mata ayatnya, tetapi
kehendak hati seseorang ketika mengamalkan ayat itu ditujukan untuk
tujuan yang bagaimana.
Karena keyakinan bahwa wirid itu tergantung program kehendak
pengamalnya, lalu muncullah ilmu ilmu yang mengklasifikasikan hikmah
dari amalan itu. Muncul pula ahli yang diyakini masyarakat mampu
memberikan petunjuk cara cara pengamalan, dan informasi itu kemudian
dijadikan pedoman yang menimbulkan keyakinan hati.
Dengan demikian, dalam aktivitas wirid itu seluruh aspek pengolahan
batin tercakup seluruhnya. Mulai dari aspek doa, istikomah, olah
pernapasan dan konsentrasi dan pengerahan visualisasi batin menuju pada
satu titik tujuan.
2 komentar:
terima kasih atas artikelnya. cukup menambah wawasan dan inspiring. semoga diberkahi Allah Swt. Aamiiin
Terima kasih atas artikelnya. Senang membacanya, cukup menambah wawasan dan inspiring. Semoga diberkahi Allah Swt. Aamiiin..
Posting Komentar